Evaluasi Program Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian SLPTT (Sasongko, dkk.)
Thursday, January 31, 2013
1
comments
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Kondisi Kelompok Tani
Kelompok tani Manunggal terletak di dusun daratan II, Sendangarum,
Minggir, Sleman. Sampai saat ini jumlah anggota yang aktif sekitar 25
orang. Susunan
organisasi dalam kelompok tani
sudah cukup tertata yang meliputi, ketua kelompok tani, sekretaris dan
bendahara, serta beberapa
seksi-seksi pendukung. Kelompok tani Manunggal dapat dikatakan sebegai
kelompok tani yang aktif. Kegiatan yang rutin dilakukan antara lain pertemuan
rutin kelompok tani, kegiatan penyuluhan oleh PPL, dan kegiatan usahatani
lainnya. Pertemuan rutin kelompok dilakukan setiap 1 bulan
sekali yang bertempat di kediaman ketua kelompok tani dan kediaman kepala
dukuh. Dalam pertemuan kelompok ini selalu dihadiri oleh petugas penyuluh.
Namun ketika tidak ada pendampingan dari penyuluh, ketua kelompok tani yang
menjadi key person sekaligus opinion leader sering kali memberikan
masukan-masukan kepada anggota kelompok tani lainnya terkait kegiatan
usahataninya. Di dalam pertemuan ini biasanya diadakan diskusi
mengenai isu-isu terkini
dan juga informasi tentang
inovasi yang sesuai dengan kebutuhan petani. Selain itu juga mengangkat
masalah-masalah yang dialami oleh petani untuk didiskusikan dan dicari solusinya secara bersama-sama.
Secara finansial, kelompok tani Manunggal dapat
dikatakan cukup mapan. Kegiatan usahatani di kelompok tani ini cukup
produktif. Selain itu, kelompok tani ini memiliki uang kas yang
cukup untuk keberlangsungan kegiatan usahataninya. Berbagai macam bantuan yang tersedia untuk kelompok tani ini
juga mengurangi beban finansial kelompok
dalam hal pengeluaran untuk
biaya sarana produksi.
- Kegiatan
SL-PTT
Kegiatan SLPTT yang dilakukan di kelompok tani Manunggal merupakan
salah satu program dari
dinas pertanian.
Pelaksanaan kegiatan SLPTT biasanya menggunakan demplot yaitu lahan dari salah
satu anggota kelompok tani. Kemudian untuk penyampaian materi
penyuluhan dilaksanakan di salah satu rumah yang dekat dengan tempat praktek
tersebut atau biasanya
dilaksanakan di rumah ketua kelompok tani. SL PTT biasanya
dilaksanakan kurang lebih tujuh kali pertemuan. Dari mulai masalah benih,
pembibitan, penanaman, pengolahan lahan, perawatan, kemudian penanganan OPT dan
pasca panen. Untuk jadwal pertemuan biasanya disesuaikan dengan kegiatan para
petani. Sehingga program ini bisa berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Kirk Patrick
Kirk Patrick (1976)
menggambarkan beberapa aspek yang termasuk dalam melakukan evaluasi suatu pelatihan,
yaitu : reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil
1. Reaksi
Reaksi
dapat didefinisikan sebagai seberapa baik seorang peserta pelatihan menyukai
suatu program peelatihan. Kegiatan mengevaluasi reaksi sama halnya seperti
mengukur perasaan tentang mempelajari suatu hal.
2. Pembelajaran
Dalam
kegiatan pelatihan, pembelajaran didefinisikan sebagai prinsip-prinsip dan
ketrampilan-ketrampilan yang dipahami dan diserap oleh para peserta pelatihan.
3. Perilaku
Evaluasi
program suatu pelatihan dapat dilihat dari perubahan perilaku peserta program
pelatihan. Penilaian dibuat berdasarkan kinerja antara sesudah dan sebelum
pelatihan.
4. Hasil
Tujuan
akhir dari sebuah pelatihan dapat dinyatakan dalam bentuk hasil, seperti adanya
perubahan, adanya penekanan biaya, memperbaiki efisiensi, dan lainnya.
Pembahasan dari masing-masing aspek
tersebut adalah sebagai berikut:
- Aspek reaksi.
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilaksanakan pada
tanggal 6
Oktober 2012, dapat diketahui
bahwa secara keseluruhan anggota Kelompok tani Manunggal puas dengan program SLPTT yang dilaksanakan di dusun tersebut. Materi yang disampaikan cukup
menarik perhatian petani untuk mengetahuinya.
Dalam pelaksanaan program
SLPTT, pemerintah yang dalam hal ini dinas pertanian setempat juga menyediakan
beberapa fasilitas bagi para petani. Fasilitas tersebut antara lain: bantuan
bibit, pupuk, dan obat pembasmi hama. Adanya stimulus yang disediakan tersebut
membuat petani menjadi lebih antusias dan semangat dalam pelaksanaan program
SLPTT.
- Aspek pembelajaran.
Menurut hasil
wawancara dengan petani, dalam pelaksanaan program ini penyuluh juga berperan
cukup penting kaitannya dalam penyampaian materi dan pembinaan kepada petani.
Metode penyampaian materi
yang dilakukan penyuluh ditanggapi secara positif oleh para petani. Penyampaian
materi dikemas secara baik oleh penyuluh sehingga petani tidak bosan dan mudah
memahaminya. Materi yang disampaikan biasanya berdasarkan isu-isu
penting dan permasalahan yang dihadapi petani pada saat itu terkait pelaksanaan program SLPTT, misalnya materi
mengenai tata tanam jajar legowo dan pemupukan berimbang. Petani menanggapi materi tersebut dengan baik dan
menerapkannya dalam kegiatan usahatani padinya.
Menurut petani, kegiatan penyuluhan dan pembinaan pelaksanaan program
SLPTT dapat memberikan manfaat yang besar bagi mereka.
Pengetahuan dan ketrampilan
petani dalam kegiatan usahataninya secara teknis dapat dikatakan ada
peningkatan setelah adanya program ini. Namun masih ada
kelemahan pada kegiatan SLPTT yang
dilaksanakan di daratan II, Sendangarum , Minggir yaitu tidak dilakukannya tes tertulis bagi peserta SLPTT, baik
sebelum SLPTT maupun setelahnya.
Meskipun hal tersebut tidak berdampak secara langsung kepada petani, akan
tetapi sebenarnya dengan adanya tes yang dilakukan kepada petani dapat membantu
mempermudah penyuluh untuk melakukan evaluasi program SLPTT yang dilaksanakan
khususnya dalam hal peningkatan pengetahuan petani. Dengan adanya tes sebelum
dan sesudah pelaksanaan program, dapat diketahui seberapa efektifkah program SLPTT
untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani.
- Aspek perilaku.
Dalam rangkaian
kegiatan SLPTT ini, petani kelompok Manunggal yang kami wawancarai dapat
dikatakan selalu berpartisipasi secara aktif. Hal ini dapat diketahui dengan
aktifnya petani dalam mengikuti kegiatan penyuluhan pada setiap pertemuan
SLPTT. Materi yang telah disampaikan juga diterapkan dengan seksama oleh para
petani. Meskipun kelompok tani ini sudah memperoleh bantuan pupuk, akan tetapi
sebagian besar petani lebih banyak menggunakan pupuk organik.
- Aspek hasil.
Semua responden
yang kami wawancarai sepakat bahwa program SLPTT yang telah dilaksanakan
memberikan keuntungan yang lebih kepada petani. Hasil yang diperoleh petani
rata-rata mengalami peningkatan jika dibandingkan sebelum penerapan SLPTT.
Namun sebagian dari para petani tersebut jarang melakukan
perhitungan-perhitungan terhadap biaya dan hasil yang diperoleh karena hal
tersebut dirasa cukup merepotkan. Dari segi hasil, rata-rata petani menjual
hasi panen dengan sistem tebasan. Untuk 600 m2 lahan biasanya ditebas Rp.
1.500.000,-
Dari uraian tersebut berdasarkan teori Kirk Patrick,
terlihat bahwa dari segi aspek reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil
sebagian besar petani menunjukkan hasil positif terhadap program SLPTT. Dari
hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa hampir semua petani sepakat bahwa adanya SLPTT
memberikan hasil baik bila dibandingkan dengan sebelum adanya SLPTT. Secara umum, dapat dikatakan bahwa
program SLPTT di daerah tersebut berjalan baik
B.
COST BENEFIT ANALYSIS
Analisis
Cost-Benefit biasanya digunakan untuk mengestimasi keuntungan program,
baik yang berwujud maupun tidak dan biaya melakukan progam, baik langsung
maupun secara tidak langsung. Keuntungan langsung mengacu pada hasil secara
langsung, sedangkan keuntungan tidak langsung mengacu pada efek di kemudian
hari. Keuntungan berwujud adalah keuntungan yang dapat dilihat secara langsung,
sedangkan keuntung tidak berwujud adalah keuntungan non-material seperti
kesejahteraan dan kepuasan.
Analisis
Cost Benefit dilakukan untuk
mengestimasi keuntungan dari suatu program. Analisis ini digunakan apabila
dapat dihitung dalam bentuk uang.
Analisis inin mengacu pada efisiensi ekonomi yang dinyatakan sebagai
hubungan antara biaya yang digunakan dan hasil yang diperoleh. Data yang
diperoleh dari Kelompok Manunggal Daratan 2 adalah sebagai berikut :
Responden
|
B
|
C
|
B/C
|
1
|
1320500
|
179500
|
7,36
|
2
|
4172500
|
327500
|
12,74
|
3
|
1325500
|
174500
|
7,60
|
4
|
1207500
|
142500
|
8,47
|
5
|
2737500
|
262500
|
10,43
|
6
|
5612500
|
387500
|
14,48
|
Rata-rata
|
10,18
|
Dari
enam petani yang digunakan sebagai sampel, kisaran nilai Cost Benefit berkisar antara 7,36 – 14,48. Variasi terjadi karena
penggunaan biaya (cost) beragam antar
petani, ada petani yang menggunakan pupuk organik buatan sendiri dari bahan
kotoran ternak. Penggunaan pupuk organik ini berpengaruh langsung pada hasil
produksi, untuk hasil produksi 600 meter bisa menghasilkan sekitar 500 kg.
Penggunaan benih yang beragam juga berpengaruh, petani menggunakan benih antara
3 – 7,5 kg. Dari enam petani yang diwawancarari, keseluruhannya mendapatkan
subsidi benih dari pemerintah, hal ini mengakibatkan petani-petani tersebut
tidak mengeluarkan biaya. Aspek tenaga kerja nilainya rata-rata sama untuk sewa
traktor beserta operatornya dan tenaga tanam, hanya berbeda dari luasan lahan.
Penggunaan obat / pestisida hanya dilakukan apabila kondisi yang sangat
mendesak dan tidak semua petani menggunakan obat karena masih dirasa belum
merugikan usaha taninya.
Evaluasi
pada program pelatihan juga dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi ekonomi.
Terdapat beberapa macam evaluasi pelatihan yang dilihat dari segi efisiensi
ekonomi :
1.
Cost
Benefit
Analysis
Analisis Cost Benefit dilakukan untuk mengestimasi keuntungan dari suatu
program. Analisis ini digunakan apabila dapat dihitung dalam bentuk uang.
Analisis ini mengacu pada efisiensi ekonomi yang dinyatakan sebagai hubungan
antara biaya yang digunakan dan hasil yang diperoleh.
Analisis
ini dapat dihitung menggunakan rumus :
Benefit / Cost = Rp. / Rp.
Suatu pelatihan dikatakan efisien secara
ekonomi apabila B/C > 1
Dari hasil wawancara yang telah
dilakukan, dapat diketahui bahwa seluruh petani di kelompok tani tersebut telah
menjalankan program SLPTT dengan baik sehingga program SLPTT dikatakan efisien secara
ekonomi karena memiliki nilai B/C rata-rata sebesar 10,18. Nilai B/C rata-rata yang tinggi dikarenakan petani
mendapatkan bantuan sarana produksi dari dinas pertanian sehingga biaya yang
dikeluarkan untuk sarana produksi sangat rendah. Berdasarkan nilai B/C tersebut
dapat dikatakan bahwa SLPTT telah berjalan secara baik dan menguntungkan secara
ekonomi sehingga dikatakan efisien.
2.
Cost
Effectiveness
Analisis Cost Effectivenness digunakan
untuk mengevaluasi efisiensi biaya jenis program yang berhubungan dengan
masalah sosial yang tidak bisa dihitung dalam bentuk uang. Misalnya dilakukan
dalam menentukan berapa besar biaya yang dikeluarkan oleh petani yang berhasil
dalam pelatihan.
Analisis
ini dapat dihitung menggunakan rumus :
Cost / petani yang berhasil dalam
pelatihan = Rp. / Org
Dari
hasil wawancara yang telah dilakukan di Kelompok Tani Manunggal Daratan 2,
telah didapatkan perhitungan rata-rata dari Cost
Benefit yaitu Rp. 245.666,67/org
C.
Evaluasi
Sumatif
Evaluasi
sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah pelaksanaan program. Tujuan
dilakukannya evaluasi sumatif adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
program yang telah dilaksanakan. Pada praktikum ini, evaluasi dilakukan dengan
mewawancarai 6 petani dari kelompok tani Manunggal daratan II sebagai
responden yang telah melaksanakan SLPTT tanaman padi di dusun daratan II, Sendangarum Minggir.
Untuk menghitung
evaluasi sumatif dapat dilakukan dengan menggunakan statistik non parametrik
dengan uji Q Cochran. Rumus uji Q Chocran :
Q =
Pada
kuisioner ini diketahui datanya adalah sebagai berikut
1. Media
Penyuluhan
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana keefektifan media yang ada dalam hal tingkat pemahaman
yang didapatkan oleh petani melalui medianya yaitu penyuluh, kelompok tani,
radio, televisi dan media cetak. Dari ke 5 media tersebut dilihat apakah ada
perbedaan tingkat pemahaman yang didapatkan dari petani melalui media tersebut.
Dilakukan pengamatan tingkat pemahaman
yang didapatkan oleh petani melalui media yang ada, maka dibuatlah hipotesis
sebagai berikut :
Ho
: Tidak ada perbedaan mengenai pemahaman materi yang didapatkan oleh petani
melalui media yang ada.
Ha : Ada perbedaan mengenai pemahaman materi
yang didapatkan oleh petani melalui media yang ada.
Data yang diperoleh sebagai berikut;
No Responden
|
penyuluh
|
Kelompok
|
radio
|
televisi
|
media cetak
|
Li
|
(Li)2
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
3
|
9
|
2
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
4
|
16
|
3
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
2
|
4
|
4
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
3
|
9
|
5
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
4
|
16
|
6
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
2
|
4
|
Jumlah
|
6
|
6
|
2
|
3
|
1
|
18
|
58
|
Q tabel = 9,49
Q hitung >Q tabel àHo ditolak, Ha diterima
Dari hasil kuisioner yang telah diajukan kepada para
petani di Kelompok Tani Manunggal daratan II, mengenai evaluasi sesudah
diadakannya penyuluhan dengan memanfaatkan media penyuluhan (PPL, ikut dalam
kelompok, radio, televisi, media cetak), diperoleh hasil bahwa nilai Q Cochran
yang diperoleh sebesar 13.25 sedangkan Qtabel yang diperoleh sebesar 9.49.
Berdasarkan hasil didapatkan bahwa nilai Q hitung > Q tabel sehingga Ho
ditolak, yang menunjukkan bahwa setiap media penyuluhan terdapat perbedaan
mengenai pemahaman materi yang disampaikan antar media penyuluhan yang berbeda
baik dari televisi, radio, PPL, media cetak maupun ikut dalam kelompok.
Hal ini pun sama dengan perhitungan spss, hasil perhitungan
dengan spss adalah sebagai berikut
Cochran
Test
Test
Statistics
|
|
N
|
6
|
Cochran's Q
|
13.250a
|
Df
|
4
|
Asymp. Sig.
|
.010
|
Nilai Q Cochran dari SPSS adalah 13.250a sama
dengan nilai Q hitung yang sudah dihitung sebelumnya, kemudian nilai dari
siginifikansi atau asymp.sig yaitu 0.01 sehingga Ho ditolak karena signifikasi
0.01<0.05.
2. Kesukaan
Varietas Padi
Pengamatan
ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara varietas padi yang
dipilih oleh petani. Kesukaan varietas padi yang diteliti adalah Situbagendit,
IR-64, Ciherang dan Inpari-13. Dari ke 4 varietas tersebut dilihat apakah ada
perbedaan tingkat kesukaan petani terhadap perbedaan varietas padi tersebut.
Pertama-tama
dilakukan pengamatan tingkat kesukaan petani terhadap varietas padi kemudian
dibuatlah hipotesis sebagai berikut :
Ho
: Tidak ada perbedaan mengenai kesukaan petani terhadap macam-macam varietas
padi
Ha
: Ada perbedaan mengenai kesukaan petani terhadap macam-macam varietas padi
No responden
|
ciherang
|
Situ bagendit
|
PP/IR 64
|
inpari 13/10
|
Li
|
Li2
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
2
|
1
|
1
|
0
|
1
|
3
|
9
|
3
|
0
|
1
|
1
|
0
|
2
|
4
|
4
|
1
|
0
|
1
|
1
|
3
|
9
|
5
|
1
|
0
|
0
|
1
|
2
|
4
|
6
|
1
|
1
|
1
|
1
|
4
|
16
|
Jumlah
|
5
|
3
|
3
|
4
|
15
|
43
|
41
Q Tabel =7,82
Q hitung < Q tabel àHa ditolak, Ho diterima
Dari hasil kuisioner yang telah diajukan kepada para
petani di Kelompok Tani Manunggal daratan 2, mengenai evaluasi varietas pilihan
petani (Situbagendit, IR-64, Ciherang, dan Inpari-13), diperoleh hasil bahwa
nilai Q Cochran yang diperoleh sebesar 1.941 sedangkan Qtabel yang diperoleh
sebesar 7.82. Berdasarkan hasil didapatkan bahwa nilai Q hitung < Q tabel
sehingga Ho diterima, yang menunjukkan bahwa setiap petani tidak memiliki
perbedaan mengenai varietas kesukaan yang akan dipilih petani.
Hal ini sama dengan perhitungan SPSS
sebagai berikut
Test
Statistics
|
|
N
|
6
|
Cochran's Q
|
1.941a
|
Df
|
3
|
Asymp. Sig.
|
.585
|
a. 1 is treated as a
success.
|
Nilai Q Cohran SPSS sama dengan
nilai Q Hitung yaitu 1.941 dan untuk nilai signifikansinya adalah sebesar 0.585
sehingga karena nilai signifikasin 0.585 > 0.05 maka Ho diterima. Sehingga
perhitungan SPSS sama dengan perhitungan manual.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
- KESIMPULAN
1. Berdasarkan teori Kirk Patrick hasil wawancara
kepada para petani anggota kelompok tani Manunggal merasa
cukup puas dengan SLPTT yang disampaikan
oleh penyuluh. Dari pendekatan
teori Kirk Patrick dapat dikatakan bahwa secara umum pelaksanaan SLPTT oleh
kelompok tani Manunggal berjalan sukses.
2. Cost Benefit Analysis
dari hasil wawancara kepada para petani anggota kelompok tani Manunggal menjalankan program
SLPTT dengan baik sehiingga program SLPTT dikatakan efisien secara ekonomi
dengan nilai B/C rata-rata sebesar 10,18
3. Cost Effectiveness Analysis dari
hasil wawancara kepada para petani anggota kelompok tani Manunggal telah berhasil dalam
kegiatan pelatihan program SLPTT dengan rerata sebesar Rp. 245.666,67 / Orang.
4. Dari
hasil Evaluasi Sumatif anggota kelompok tani Manunggal mengenai pemahaman
materi para petani yang disampaikan antar media penyuluhan, terdapat perbedaan mengenai
pemahaman materi yang disampaikan antar media penyuluhan yang berbeda baik dari
televisi, radio, PPL, media cetak maupun ikut dalam kelompok.
B.
SARAN
1. Untuk suksesnya program SLPTT ini, diperlukan sinergi
antara petani dan penyuluh.
2. Penyuluh sebaiknya melaksanakan tes tertulis kepada
petani yang dapat dijadikan indikator pemahaman petani agar mempermudah proses
evaluasi.
1 comments:
Saya ingin berbagi kesaksian tentang bagaimana layanan pendanaan Le_Meridian membantu saya dengan pinjaman 2.000.000,00 USD untuk membiayai proyek pertanian ganja saya, saya sangat berterima kasih dan saya berjanji untuk membagikan perusahaan pendanaan yang sah ini kepada siapa pun yang mencari cara untuk memperluas bisnisnya project.the company adalah perusahaan pendanaan UK / USA. Siapa pun yang mencari dukungan keuangan harus menghubungi mereka di lfdsloans@outlook.com Atau lfdsloans@lemeridianfds.com Bpk. Benjamin juga menggunakan whatsapp 1-989-394-3740 untuk mempermudah segala pemohon.
Post a Comment